
KOTA BEKASI – Pembebasan lahan untuk depo kereta api ringan (light rail transit/ LRT) Jabodebek di Bekasi hampir selesai. Persoalan lahan ini memakan waktu cukup lama lantaran berbagai kendala seperti tanah warisan keluarga hingga dokumen identitas lahan.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil. “Sekarang sudah oke, hampir 100 persen tinggal beberapa bidang lagi yang akan dikonsinyasi,” ujar Sofyan.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menambahkan, kereta LRT telah memasuki tahap uji coba persinyalan. Sebelumnya, kereta LRT telah dinaikkan di rel Stasiun Harjamukti Cibubur, pada Minggu (13/10) lalu. Rangkaian kereta LRT merupakan buatan PT INKA dan PT LEN.
“Ini sudah di-testing (uji coba) positif. Jadi seharusnya PT INKA sudah mampu membuat rangkaian itu dengan baik. Nanti kami tinggal scale-up (tingkatkan) saja dan memperbaiki dari sisi komputernya, supaya rangkaiannya jalan dengan baik,” ujarnya.
Sejalan dengan persiapan teknis kereta, pemerintah juga mengejar
penyelesaian pembangunan infrastruktur rel. Tiko, sapaan akrabnya bilang
pemerintah tengah mengebut pembangunan rel layang (elevated) yang
menghubungkan Jalan Rasuna Said dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta Pusat.
Ia mengungkapkan tingkatan pengerjaan rel tersebut adalah
salah satu yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Setelah pengerjaan rel
tersebut selesai, pemerintah akan melanjutkan pembangunan ke Stasiun Dukuh Atas.
“Harapannya kami akselerasi supaya Desember 2021 ini
sudah bisa operasional,” imbuhnya.
Sebagai informasi, progres pembangunan prasarana LRT sampai
Agustus 2019 ini sudah mencapai 64,4 persen. Rinciannya, pembangunan prasarana
LRT lintasan Cawang-Cibubur sebesar 84 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 53,9
persen, dan Cawang-Bekasi Timur 58 persen.